Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan
serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:
- Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms).
- Menghindari
penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan
penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
- Menghindari
penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia
sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara
dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral
alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
- Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.
Manfaat Pertanian Organik
Sejumlah keuntungan yang dapat dipetik dari pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:
1. Kesehatan
- Menghasilkan
makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan
masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu
meningkatkan hasil sayuran hingga 75% dibanding pertanian konvensional.
Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin
C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.
- Menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan
terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh
digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.
- Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik:
- (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis
- 2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.
2. Lingkungan
a. Kualitas Tanah
Menjaga
sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang baik merupakan hal yang
penting dalam pertanian organik. Untuk itu dalam pertanian organik
diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan erosi, meningkatkan
kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan diversitas
biologi tanah.
Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan
tanah dilakukan tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya
digunakan teknik - teknik sebagai berikut :
- Rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak.
- Meningkatkan populasi mikroorganisme tanah melalui penggunaan pupuk organik.
- Meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah.
- Menjaga tanah selalu tertutup dengan mulsa organik.
- Menghindari pengolahan tanah yang berlebihan pada tanah yang miring untuk mencegah erosi.
- Menggunakan tanaman dalam strip dan tumpang sari.
- Menghindari penggembalaan yang berlebihan.
- Tidak menggunakan bahan kimia sintetis yang meracuni mikroorganisme tanah dan merusak struktur tanah.
b. Penghematan energi
Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80% energi minyak untuk
menghasilkan
setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi pertanian
konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem
produksi sayuran dan buah-buahan.
c. Kualitas Air
Penjagaan
kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian
lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa
polusi air tanah (groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh
nitrat dan fosfat menjadi hal yang umum terjadi di kawasan pertanian.
Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit
seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.
Pada
areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari
praktek-praktek pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian
nutrisi, pencemaran air akibat penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan
yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu dikelola dengan hati-hati
dan dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan pupuk
kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian
organik.
d. Kualitas Udara
Pertanian
organik terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena emisi
gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih
rendah dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik
tidak menggunakan pupuk nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi
nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut.
Penggunaan minyak
bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida.
Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink)
untuk karbon dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di
tanah serta penutupan permukaan tanah dengan tanaman penutup tanah.
e. Pengelolaan Limbah
Praktek
pertanian organik mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah
menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian
lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang
mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian
organik.
f. Keanekaragaman Hayati
Pertanian
organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun
juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi
pertanaman, tumpang sari serta pengolahan tanah konservasi merupakan
hal-hal yang mampu meningkatkan keanekaragaman hayati dengan menyediakan
habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai dari jamur mikroskopis
hingga binatang besar.
Pertanian organik tidak menggunakan
organisme hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau
organisme transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya
karena alasan keamanan lingkungan, kesehatan dan sosial. Produk-produk
seperti ini tidak dibutuhkan karena mungkin menyebabkan resiko yang
tidak dapat diterima pada integritas spesies. |
0 komentar:
Posting Komentar